Jumat, 27 Juli 2012

Mengajar dan Melatih Yang Membumi dengan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)


Mengajar dan Melatih Yang Membumi dengan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)


Mengajar pada dasarnya adalah upaya menyampaikan bahan pengajaran kepada siswa, maka nampak bahwa aktivitas mengajar lebih dominan oleh guru sebagai pelaku pengajar. Sedangkan siswa hanya bertindak sabagai obyek pelajar . Jadi guru dengan segala aktivitasnya berupaya memberikan pengajaran kepada para siswa. Sedangkan siswa cenderung bersifat pasif.

Kemudian dalam makna yang lebih luas, mengajar dapat diartikan dengan segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai tujuan yang telah di tetapkan.

Pendidikan pada hakikatnya mengandung tiga unsur yaitu mendidik, mengajar, dan melatih. Ketiga istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda-beda secara sepintas bagi orang yang awam mungkin akan dianggap sama artinya.

Dalam praktik sehari-hari dilapangan kita sering mendengar kata-kata seperti pendidikan olahraga, pengajaran olahraga, latihan olahraga dan sebagainya.

Mengajar berarti memberi pelajaran tentang berbagai ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan kemampuan berpikir. Sedangkan melatih ialah usaha memperoleh keterampilan dengan melatihkan sesuatu secara berulang.
Tujuan dari kedua jenis kegiatan itu juga berbeda, tujuan .Tujuan pengajaran yang menggarap kehidupan intelek anak ialah supaya anak kelak memiliki kemampuan berpikir seperti yang diharapkan dari orangdewasa secara ideal yaitu diantaranya mampu berpikir abstrak, logis, obyektif, kritis, sistematis analitis, sintesis, integratif, dan inovatif.

Sedangkan Tujuan latihan ialah untuk memperoleh keterampilan tentang sesuatu perbuatan yang berlangsung secara mekanis yang mempermudah kehidupan sehari-hari dan dapat pula membantu proses belajar seperti kemampuan berhitung, membaca, menulis, mempergunakan bahasa, dan sebagainya. Baik keterampilan maupun kemampuan berpikir akan membantu proses pendidikan yang menyangkut pembangunan kepribadian seseorang.

Cara mengajar dan melatih yang membumi menurut PakDe Kholiq sesuai dengan Kisah yang diungkap dalam postingannya hari ini . Kisah I tentang Pak Mangku yang menerangkan tentang perbedaan Stalaktit dab Stalagmit pada dasarnya adalah sebuah metode mengajar yang dikembangkan sekarang ini. Sebuah model pembelajaran yang lebih dikenal dengan nama Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu peserta didik untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.

CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat sehingga nantinya melekat dalam ingatan para peserta didik. Seperti halnya Pak Mangku yang memberi petunjuk cara mengingat Stalaktit ambil kata TIT, ada huruf T nya bukan, nah bayangkan kata Manthur, itu berarti air yang menetes dari atas kebawah. Sedangkan untuk stalakmit ambil kata MIT, ada huruf M.
Sedangkan Untuk Kisah II tentang Pakde Ndar yang mempunyai trik jitu untuk membiasakan para hansip arek ndeso tersebut melakukan gerakan balik kanan maju jalan. Pada saat hansip melakukan gerakan berjalan beliau memberikan aba-aba ” Balik kanan majuuuuuuuu JALAN”, Pada saat itulah Pakde Ndar membimbing dengan hitungan “SATU DUA SETENGAH PUTER BANTING..BRAK…..”. Kata SETENGAH PUTER BANTING itulah kuncinya. Melatih gaya ndeso itu pas untuk mereka sehingga lambat laun gerakan balik kanan maju jalan selalu mulus.

Saya teringat akan Confucius yang menyatakan, What I hear, I forget (apa yang saya dengar, saya lupa). What I see, I remember (apa yang saya lihat, saya ingat), What I do, I understand (apa yang saya lakukan, saya paham). Tiga pernyataan yang mudah diingat dan mudah dipahami, serta sangat menarik untuk diterapkan.

Apa yang PakDe Ndar lakukan pada dasarnya adalah What I do, I understand. sehingga dengan latihan yang berulang kali disertai dengan motivasi dan aba-aba dari pelatih, maka pastilah peserta didik akan lebih cepat memahami. Dan hal ini juga sangat cocok dengan tugas guru sebagai Motivator.

Saya sangat setuju akan penutup postingan PakDe bahwa : Cara mengajar dan melatih anak didik perlu diselipi penjelasan yang lebih membumi,lebih dari sekedar yang ada di buku. Dengan cara itu mereka akan memahami dengan baik materi yang dipelajarinya. Terima Kasih banyak PakDe.

Rabu, 25 Juli 2012

Tip Kecil untuk yang Kecil: Kritik buat Kreatif

Tip Kecil untuk yang Kecil: Kritik buat Kreatif

M. Rasyid Nur
OPINI | 07 April 2012 | 05:35 Dibaca: 62   Komentar: 8   2 dari 3 Kompasianer menilai bermanfaat
BUAT yang baru memulai (belajar) menulis dan mempublikasikannya, terkadang kritik menjadikannya ragu atau takut melanjutkan langkah kreatifnya. Karena merasa tulisannya dijelekkan atau direndahkan, hilanglah gairah dan semangat berkarya.
Tidak harus menyebut nama untuk contoh. Tapi ada banyak yang mengalami dan terbukti berhenti menulis lagi setelah tulisannya dikritik kanan-kiri. Tidak betah disebut-sebut kekurangan dan kelemahannya lalu mengambil keputusan yang salah: tidak berkarya lagi. Mental jelek ini dapat juga terjadi pada kreatifitas lain selain di ranah tulis-menulis.
Tapi haruskah berhenti berkarya –apa saja: menulis, berdagang, berkebun, dll– hanya karena ada yang menyebut-nyebut karya kita? Tidak perlu, tentunya. Bukan karena sikap ‘anjing menggonggong kafilah berlalu’ secara membabi-buta tapi justeru gonggongan itu dapat dijadikan peringatan. Jangan-jangan ‘anjing’-nya akan menggigit. Jika waspada dan menghadapinya dengan benar, tentu akan baik hasilnya.
Untuk semua rencana usaha atau karya, khususnya di bidang tulis-menulis memang harus dipahami bahwa hujan kritik adalah hal biasa. Tidak saja buat penulis pemula tapi untuk yang sudah senior dan ternama saja, kritik selalu ada. Malah bisa semakin kebanjiran kritik. Sekali lagi itu, biasa.
Harusnya kritik membuat kreatif. Bukan membuat macet usaha dan ikhtiar kita. Terkhusus buat sahabat muda awal berkarya, perlu dicamkan betul bahwa kemajuan dan harapan akan terwujudkan hanya dengan kekuatan keyakinan. Yakinkan diri bahwa setiap orang punya pikiran dan perasaan yang terpendam. Mereproduksi pikiran dan perasaan secara tertulis, itulah yang terus-menerus harus diasah. Tidak boleh berhenti hanya karena ada yang menyebut kekurangan dan kelemahan apa yang diungkapkan lewat tulisan.
Itulah sebabnya dikatakan oleh banyak pakar bahwa kalau untuk jadi penulis tidak dibutuhkan ijazah, apalagi diembel-embel IPK (Indek Prestasi Kumulatif) tinggi. Tidak pula dibutuhkan juga uang atau ekonomi mapan dan berlebihan. Tidak perlu pula pisik atau badan kekar dan tinggi, misalnya. Yang dibutuhkan tak lebih dari ketekunan dan kesungguhan yang dilengkapi dengan ketabahan. Percaya diri berlebihan tidak baik. Tapi merasa minder juga lebih jelek.
Seseorang yang saat ini tersohor di bidang tulisa-menulis, bukanlah hasil kerja sekali jadi. Sebutlah nama-nama seperti Habiburrahman El-Shirazi, Ayu Utami, Andre Hirata, Afifah Afra; atau nama-nama lama seperti Hamka, Marah Rusli dan banyak lagi para penulis zaman dulu hingga hari ini.
Nama-nama yang sudah terkenal di blantika tulis-menulis juga bisa bermula dari berbagai cara dan strategi. Ada penulis terkenal karena gigih menulis dan banyak menghasilkan karya tulisnya dalam bentuk buku-buku yang diterbitkan. Ada lagi karena buku sulungnya sudah menjadi best seller. Meledak di pasaran. Dan ada juga karena rajin berpromosi. Atau karena aktifnya menyalurkan lewat blog atau media online lainnya.
Kita ambil beberapa nama terkenal karena aktif menulis di blog. misalnya. Beberapa di antara mereka itu dapat kita sebut seperti Raditya Dika (Kambing Jantan), Arif Muhammad (Pocongg Juga Pocong), Akmal Syafril dengan tulisannya yang bertema Islam Liberal; dan banyak lagi.
Satu hal yang pasti dimiliki orang-orang top di bidang tulis-menulis itu adalah kebesaran hatinya menerima atau mendengar kritik terhadap tulisannya. Tak ada gunanya menolak atau menutup telinga dari krtitik pembaca tulisan kita.
Buat siapapun yang sudah memutuskan untuk menjadi penulis, tidak harus alergi dengan kritik. Kritik sejatinya memang harus berpengaruh pada setiap orang. Dan pengaruh yang diharapkan tentu saja bagaimana kritik membuat kreatif. Saya sendiri meski dalam usia yang tak muda saat ini tapi tetap merasa sebagai penulis pemula yang masih terus belajar. Sebagai ‘orang kecil’ dalam khazanah tulis-menulis, saya sadar betul dengan pandangan ini. Tak mungkin menjadi besar jika tak punya jiwa dan semangat besar.***

Manfaat Apel Tiap Pagi di Sekolah

Manfaat Apel Tiap Pagi di Sekolah

M. Rasyid Nur
REP | 18 April 2012 | 10:17 Dibaca: 240   Komentar: 0   Nihil
JIKA ada yang berpikir bahwa apel itu bermanfaat, itu tidaklah keliru. Tapi jika berpikir sebaliknya, juga tidaklah salah. Apalagi apel pagi, dalam awal hari suasana masih pagi, tentu akan besar manfaatnya. Namun begitu, manfaat apel pagi tergantung mau dilihat dari mana dan dengan cara apa dulu. Relatif, memang. Sayangnya tidak selalu di semua komunitas atau tempat ada apelnya di setiap pagi.
Yang pasti ada apel pagi adalah pada instansi seperti TNI, Polri, BC dan yang sejenis. Instansi seperti itu selalu ada dan melaksanakan apel pagi bahkan siang dan sore hari. Mereka melaksanakan apel rutin karena memang sudah menjadi ketentuan dalam kesatuan/ organisasi. Lalu perlukah apel pagi dilaksanakan di sekolah? Inilah sebenarnya yang ingin saya ulas sedikit pada kesempatan kali ini.
Ternyata sekolah-sekolah memang beraneka ragam kebijakan dan peraturan tentang perlu-tidaknya apel pagi di sekolah. Ada sekolah yang melakukan kebijakan apel pagi di setiap pagi dan ada pula yang hanya melaksanakan apel pagi hanya seminggu sekali: Apel Senin Pagi. Tapi ada pula yang tiga kali seminggu yaitu pada hari Jumat pagi (untuk program pembinaan rohani) dan pada Sabtu pagi (untuk Senam Pagi) di luar Senin Pagi. Kebijakan itu terserah saja kepada sekolah. Pertanyaan sederhananya, apakah ada faedah dari kegiatan apel pagi di setiap pagi di sekolah?
Manfaat apel pagi khususnya buat siswa/wi di sekolah sesungguhnya –menurut saya– sangatlah besar. Kesempatan yang walaupun singkat ini dapat dipakai untuk menyampaikan informasi-informasi penting berkaitan dengan sekolah. Para peserta didik di setiap sekolah seharusnya terus-menerus tahu dan mengerti perihal sekolahnya. Dan momen apel adalah salah satu kesempatan yang bagus untuk itu. Inilah saat waktu untuk mengup-date informasi sekolah.
Tata aturan apel yang berlaku dalam baris-berbaris yang jika dilaksanakan dengan benar adalah salah satu manfaat tersendiri yang dapat dipetik dari apel pagi. Manfaat ini bisa kepada kepada peserta didik dan bisa pula kepada pendidik. Nilai-nilai disiplin yang terkandung dalam pelaksanaan apel adalah nilai-nilai yang seharusnya diterapkan dalam keseharian warga sekolah di sekolah. Di sisi lain, kesempatan menyampaikan informasi kepada warga sekolah pada saat apel pagi adalah manfaat lain lagi.
Harus pula diperhatikan tentunya waktu yang dipergunakan untuk apel pagi. Seperti apel Senin Pagi, apel pagi yang dilaksanakan sekolah tentu tidak boleh mengganggu jam-jam belajar yang sudah ditetapkan sekolah. Waktu-waktu apel itu adalah waktu-waktu yang memang hanya diperuntukkan untuk melaksanakan apel. Waktunya juga tidak harus terlalu lama. Antara 10-15 menit setiap pagi sudah memadai. Dan itu tidak boleh berada dalam jam belajar yang 45 menit itu.
Seperti sudah disinggung bahwa pelaksanaan apel sendiri akan berguna untuk melatih disiplin anak-anak sementara sedikit waktu yang dipakai untuk menyampaikan nasehat dan atau pengumuman lainnya juga sangat bermanfaat buat anak-didik. Bahkan guru yang terlibat baik langsung maupun tidak, akan juga mendapatkan manfaat dari pelaksanaan apel pagi. Guru yang cenderung lambat datang ke sekolah dapat diatasi dengan memberi tanggung jawab pelaksanaan apel pagi.
Dengan menyisihkan 5-15 menit setiap pagi sebelum masuk kelas sesungguhnya ada banyak arahan atau nasehat yang dapat disampaikan. Aplikasi nilai-nilai positif atau nilai karakter bangsa yang menjadi karakter sekolah dapat dibuktikan di sini. Jadi, apel pagi memang bermanfaat adanya.***

Menjadi Guru Pembina yang Bergairah Membina

Menjadi Guru Pembina yang Bergairah Membina

M. Rasyid Nur
OPINI | 27 April 2012 | 08:55 Dibaca: 132   Komentar: 4   1 dari 1 Kompasianer menilai inspiratif
FENOMENA hilang gairah bagi guru-guru pembina terutama yang merasa sudah senior bahkan sepuh adalah kenyataan yang tidak sulit ditemukan di kalangan guru di Tanah Air saat ini. Tersebab perasaan ‘tak berguna’ banyak sekali ditemukan guru-guru senior yang kehilangan gairah melaksanakan tugas seperti sediakala. Duduk di golongan pangkat IV/A ternyata tidak cukup memberi semangat dalam melaksanakan amanat.
Anggapan dan perasaan bahwa dirinya tidak lagi ‘berguna’ di sekolah adalah kemungkinan salah satu penyebab timbulnya fenomena guru pembina tak bergairah ini. Dulu, di awal diangkat menjadi guru semangat menggebu-gebu. Setiap tugas dan tanggung jawab mampu terselesaikan dengan jitu. Tapi waktu mengubah semangat dan karakter yang tampaknya dibiarkan begitu saja berlalu. Merasa tidak ada sesuatu yang baru, motivasi pun tergerus dimakan waktu. Akhirnya kerja acuh tak acuh. Sungguh pilu.
Harus ada strategi untuk mengembalikan gairah yang terlanjur lama hilang ini. Dari diskusi-diskusi kecil antar sesama guru senior yang sudah berpangkat pembina, saya menduga bahwa mereka merasa tidak diberdayakan lagi di sekolahnya. Tugas-tugas tambahan hanya terbatas sampai level wali kelas yang dipercayakan. Itupun terkadang tidak selalu dapat.
Ada pandangan, tidak atau jarang terprogram dengan baik hingga mencapai Wakasek (Wakil Kepala Sekolah) apalagi menjadi Kasek (Kepala Sekolah) buat mereka, oleh sekolah. Berharap menjadi Wakasek atau Kasek bagaikan mengharapkan tumbuhnya tanduk kuda. Itu yang selalu tersimpul dalam pikiran mereka.
Mereka terlanjur menyimpulkan, yang akan menjadi Wakasek selalunya orang-orang yang bisa ‘mendekat’ ke Kasek. Sementara yang selalu menjadi Kasek adalah orang-orang yang punya koneksi dengan pihak ‘atas’ (baca: Dinas Pendidikan atawa Pemda). Kompetensi telah ditenggelamkan oleh koneksi. Pandangan yang tidak pernah bisa dibuktikan ini terus ada di kepala mereka. Padahal kebanyakan hanya dalam bentuk perasaan.
Sesungguhnya dari usia dan pangkat serta golongan yang digenggam, mereka sudah terlanjur melambung. Tapi nasib ‘malang’ membuat sebagian mereka tidak merasa mendapat jabatan idaman di sekolah. Mau menyeberang ke instansi lain juga bukanlah jalan mudah. Di luar susahnya ‘mengemis’ minta pindah ke instansi di luar guru, persoalan tidak sesuai dengan motivasi dan profesi juga menjadi satu kendala lainnya.
Beberapa langkah berikut mungkin bisa dipertimbangkan untuk mengembalikan gairah yang sudah hampir punah. Pertama, tentu saja secara internal sebagai guru harus mengembalikan sendiri gairah kerjanya. Jangan menunggu dari luar. Tidak harus melihat kegagalan mendapatkan jabatan tertentu di sekolah sebagai alasan untuk merusak gairah sendiri. Seharusnya kokoh memegang perinsip, “Jabatan jangan dikejar tapi tugas dan tanggung jawab jangan ditolak.” Artinya kalau dipercaya, kerjakan. Dan kalau tak/ belum dipercaya, biarkan. Bekerja saja secara profesional. Apalagi sudah mendapat tunjangan profesi karena sudah memiliki sertifikat profesi.
Hal kedua yang perlu dipertimbangkan (oleh pemegang otoritas) adalah memberi tugas-tugas tertentu di luar jabatan struktural di sekolah. Jika perlu ciptakan pula sebutan tertentu –seperti guru senior, guru emas, guru panutan, dll– buat mereka. Ini perlu untuk penguat mental mereka. Tentu saja sebutan-sebutan ini harus diiringi dengan pemberian materi memadai buat mereka. Selanjutnya sekolah dapat mengharapkan tetap bertahannya gairah mereka dalam tugas sehari-hari.
Sesungguhnya kegairahan melaksanakan tugas profesi tidak mesti dibiarkan terganggu bahkan tergerus oleh persoalan-persoalan di luar kapasitas kita sebagai guru. Mestinya guru tetap fokus pada fungsi dan tanggung jawabnya. Dari kompetensi pokok yang wajib dimiliki seorang guru seyogyanya cukup menjadi dasar untuk bertahan menjadi guru yang bergairah. Guru profesional tidak mungkin berjalan dengan benar jika tidak ditopang oleh rasa senang dan gairah dalam menjalaninya.
Kini, tugas tambahan yang seharusnya juga dipikul guru pembina adalah bagaimana membina rekan-rekan guru muda atau guru-guru yunior yang mungkin belum terlaksanakan oleh Kepala Sekolah. Fungsi-fungsi pembinaan Kepala Sekolah terkadang tidak selalu terlaksanakan dengan baik dan merata. Di sinilah para guru pembina dapat berkontribusi. Jadilah guru pembina yang ikhlas membina. Semoga!***

Kiat Mengatasi Corat-coret Baju Seragam ketika Pengumuman UN

Kiat Mengatasi Corat-coret Baju Seragam ketika Pengumuman UN

M. Rasyid Nur
REP | 25 May 2012 | 06:31 Dibaca: 282   Komentar: 16   Nihil
ENTAH dari mana bermula dan siapa yang mempeloporinya, jujur saja saya tidak tahu. Tapi budaya corat-coret baju seragam di kalangan pelajar kita sepertinya sudah tidak dapat dicegah. Beberapa tahun ini, itulah kegundahan sekolah, orang tua atau mungkin juga pemerintah setiap usai pengumuman kelulusan UN.
Hari Sabtu  (26/05/12) besok pengumuman UN (Ujian Nasional) bagi siswa/ siswi SLTA (SMA, MA dan SMK sederajat) akan dilaksanakan. Menyusul sepekan kemudian untuk SLTP (SMP, MTs sederajat) pula diumumkan. Hari itu adalah hari-hari dan momen yang ditunggu-tunggu oleh siswa kelas XII sebagai peserta UN. Sejak selesainya mengikuti UN, April lalu, inilah hari yang paling dinanti dengan penuh debaran hati.
Sebelum pengumuman, nilai-nilai UN itu akan diolah dulu oleh sekolah dengan cara menggabungkan nilai UN dengan nilai sekolah dengan proporsi 60% nilai UN dan 40% nilai sekolah. Hasil gabungan kedua nilai itulah yang akan menjadi dasar kelulusan para peserta didik yang telah mengikuti UN. Bagi yang memperoleh rata-rata minimal 5,50 (lima koma lima puluh) tanpa angka di bawah 4,0 (empat koma nol) dari salah satu mata pelajaran dinyatakan lulus. Sementara yang dibawahnya (tidak memenuhi syarat) dinyatakan tidak lulus.
Kekhawatiran akan terjadi lagi corat-coret baju seragam (putih-abu-abu) seperti tahun-tahun sebelumnya setelah pengumuman menghantui memang bukan saja guru dan orang tua tapi juga pemerintah. Jelas-jelas kebiasaan itu adalah kebiasaan buruk dilihat dari sisi manapun.
Dari sisi agama, itu disebut mubazir karena membuang-buang pakaian yang seharusnya masih bisa dipergunakan.  Tidak mungkin baju dan celana yang sudah penuh cat (spidol dan cat semprot pilox) akan dipakai lagi. Biasanya baju itu langsung dibuang begitu saja. Dan tidak mungkin juga untuk dibersihkan lagi.
Dari sisi moral pula, itu juga sangat tidak pantas dan berlawanan dengan rasa kemanusiaan kita. Bayangkan, baju secantik itu harus penuh cat dan menjadi kumal hanya untuk menumpahkan emosional. Karena biasanya juga dibarengi dengan kompoi-kompoi berkenderaan, ini satu hal yang juga menakutkan. Sungguh tidak pantas.
Baju seragam yang sebenarnya masih bagus dan layak pakai seharusnya dapat diberikan kepada yang membutuhkan. Tidak harus jauh-jauh mencari orang yang mau memakainya. Bahkan di sekolah yang sama saja masih ada para siswa yang secara ekonomi memerlukan uluran tangan dan mau menerima pakaian seragam yang tak akan dipakai lagi itu. Tidak seharusnya baju itu dikotorkan dengan cat atau spidol.
Lalau bagaimana seharusnya menyikapi kebiasaan jelek ini? Memberi pengertian saja kepada mereka (para siswa) sepertinya tidak mendapat respon yang benar. Kalau pun sekolah melakukan berbagai strategi mengatasinya, mereka ternyata jauh lebih pintar mensiasati strategi pihak sekolah. Mereka tetap saja melakukan tradisi yang salah itu.
Namun demikian, sekolah harus terus berusaha mencari jalan agar kebiasaan buruk ini dapat dicegah dan atau dikurangi. Mungkin beberapa tip berikut bisa dipakai untuk mengatasinya:
1) Pakaikan baju adat (kebesaran daerah). Maksudnya pada hari pengumuman itu tidak dibenarkan memakai baju seragam sekolah (abu-abu putih) seperti selama ini. Bahwa kemungkinan mereka meninggalkan baju mereka di luar pakarangan sekolah untuk dipakai nanti selepas prosesi pengumuman, harus pula diantisipasi. Pastikan mereka tidak membawa baju seragam itu secara sembunyi-sembunyi.
2) Undang orang tua. Maksudnya bisa saja yang mengambil kertas pengumuman cukup orang tua saja. Lalu orang tua diwajibkan membawa/ menyerahkan kertas pengumuman itu di rumah sekaligus mengingatkan putra-putrinya untuk tidak lagi keluar rumah berkompoi dengan teman-temannya. Kalau mereka dibiarkan, mereka akan cenderung melakukan kebiasaan itu lagi. Jadi, peran orang tua sangat menentukan.
3) Pakaian batik  Selaian memakai pakaian adat, dapat pula dengan memakai pakaian batik. Pakaian nasional ini (usahakan yang berwarna lebih gelap) tidak terlalu menarik bagi mereka untuk mencoretnya. Berbeda dengan kalau mereka memakai seragam sekolah yang lebih terang.
4) Kumpulkan di aula. Buat sekolah yang memiliki aula, dapat secara ketat mengatur pembagian lembaran pengumuman itu di dalam aula. Dengan dihadiri oleh semua guru (kalau perlu juga orang tua) mereka akan merasa segan melakukan corat-coret. Biarkan mereka meluahkan rasa gembira mereka di aula dengan pengawasan para guru atau orang tua. Tentu saja dengan aula yang layak untuk menampung suasana gembira yang terkadang berlebihan.
5) Melalui IT. Dengan fasilitas internet yang sudah ada di setiap rumah pengumuman dapat dilihat di rumah saja. Atau jika sanggup, secara manual juga dapat diantarkan ke rumah-rumah entah oleh guru atau bisa dengan jasa pos. Kembali orang tua diharapkan berperan mengingatkan anaknya untuk tidak keluar rumah setelah tahu lulus.
Bahwa untuk setiap strategi sekolah dalam mengatasi tradisi jelek ini selalu pula ada strategi siswa untuk melawannya, itulah terkadang sifat manusia. Selalu ingin lain dari pada yang lain. Sayangnya, keinginan ‘lain’ itu berupa tradisi jelek yang harusnya tidak perlu.
Mungkin di beberapa sekolah –di Tanah Air– sudah berhasil menghentikan kebiasaan buruk ini. Atau setidak-tidaknya sudah melakukan berbagai langkah dan strategi mengatasinya. Tapi setiap tahun, masih banyak anak-anak kita terlibat kebiasaan jelek ini sehabis pengumuman, itulah tugas lain tugas mengajar dan mendidik selama mereka ini di sekolah.***

Memang Mesti Dipaksa

Memang Mesti Dipaksa

M. Rasyid Nur
OPINI | 28 May 2012 | 08:30 Dibaca: 34   Komentar: 2   Nihil
TERNYATA tidak semua ‘pemaksaan’ dapat disebut jelek. Tidak selalu negatif, begitu. Ada juga rupanya pemkasaan yang bernilai positif. Setidak-tidaknya setelah akhirnya dapat menyadari kondisi pemaksaan itu muncul memang karena diperlukan.
Dalam hal mengembangkan diri, misalnya tidak selalu salah ada unsur paksa di dalamnya. Walaupun penggiat HAM ‘mengharamkan’ unsur paksa dalam konsepnya namun pemaksaan yang satu ini saya kira tidaklah salah. Pemaksaan oleh diri sendiri kepada dirinya sendiri juga, tentulah tidak termasuk kategori pelanggaran HAM. Lebih tepat disebut sebagai kemauan keras diri kepada diri sendiri.
Saya khusus mengmbil contoh dalam keinginan membuat karya tulis (mau serius atau sekedar mengisi waktu saja) umpamanya. Persoalan ini menarik saya bukan saja karena masih banyaknya rekan-rekan pendatang baru yang mengeluh, sulitnya mengalahkan rasa malas dalam khazanah tulis-menulis tapi lebih kepada diri saya sendiri. Saya sendiri merasakan betapa tidak mudahnya merealisasikan keinginan.
Untuk mewujdukan keinginan –jedi penulis– itu tetap saja tidak mudah terutama di tahap awal. Di hati kecil, melihat rekan-rekan kita melahirkan tulisan bahkan buku yang diterbitkan, timbul juga keinginan untuk melakukannya. Tapi itu tidak mudah.
Dengan modal rajin membaca, seseorang pasti sangat ingin menulis –membuat karya tulis– seperti tulisan-tulisan yang dibacanya. Semakin banyak membaca semakin besar pula keinginan untuk menuangkannya kembali lewat tulisan. Ini lazim adanya.
Pada tahap memulai, terkadang tiba-tiba terasa banyak ide yang ingin diungkapkan. Syukur, pada saat tertentu itu mampu menuliskannya. Dengan menggunakan berbagai media (online atau cetak) akhirnya muncul juga karya tulis itu di tengah publik. Tapi pada tahap memulai pula selalunya kesulitan menelorkan tulisan terasa sulit.
Di tahap seperti itulah perlunya keberanian memaksa diri untuk melahirkan tulisan. Seperti apapun tulisan itu tidak harus menjadi ketakutan. Biarkan saja hasil karya tahap awal itu mungkin tidak menarik menurut kita sendiri. Paksakan saja hingga tulisan itu lahir.
Beberapa kali tulisan muncul, misalnya. Beberapa tulisan mungkin pula mendapat tanggapan dari pembaca. Tanggapan positif maupun negatif harus pula mampu menerimanya dengan baik. Hingga sampai satu titik, tidak mudahnya melanjutkan mereproduksi pikiran dan perasaan lewat tulisan. Otak selalu terasa mandeg menghasilkan tulisan-tulisan baru. Sekali lagi mesti dipaksakan.
Nah, pada posisi kesulitan melahirkan tulisan seperti dalam keadaan begitulah maksud saya untuk terus ‘memaksa’ diri menghasilkan karya. Apa saja, tulis saja. Topik yang hangat atau tidak, bahasanya menarik atau tidak, jangan dihiraukan.
Saya ingin menegaskan bahwa tulisan yang Anda hadapi ini pun bermula karena beberapa hari ini otak saya seperti buntu kalau berhadapan dengan komputer. Entah karena begitu banyaknya tugas-tugas rutin dan keseharian entah karena apa, yang pasti setiap ingin menulis setiap itu pula rasa bosan dan malas datang. Otak seperti kosong.
Akhirnya muncullah tulisan dengan judul seperti ini. Apakah tulisan ini akan berguna buat pembaca? Nah itu tadi, tidak terlalu saya pusingkan. Apalagi kalau membaca variasi motivasi dari beberapa penulis ulung di Tanah Air ini, tidak kurang pula di antara mereka yang cenderung memaksakan diri untuk menghasilkan karya tulisnya yang jadi ‘best seller’ itu meskipun dikemas dengan istilah ‘kerja keras’. “Pan sama aja,”  kata Jojon si pelawak itu.
Jadi, hendak menulis juga mesti dipaksa? Mengapa tidak. Kan memaksa diri sendiri. Jika karena tulisan ini ada diantara pembaca yang merasa terpaksa juga, itulah amanatnya. Semoga!***

Tugas RT, Itu juga Ujian Guru

Tugas RT, Itu juga Ujian Guru

M. Rasyid Nur
OPINI | 31 May 2012 | 05:59 Dibaca: 100   Komentar: 2   Nihil
KEBIJAKAN pemberian tunjangan sertifikasi bagi guru-guru yang sudah bersartifikat profesional telah mengubah beberapa paradigma guru terhadap sekolah dan tanggung jawabnya serta pandangan sekolah dan masyarakat terhadap guru itu sendiri. Bukan saja karena perbedaan penghasilan sebelum dan sesudah sertifikasi tapi juga pamor dan gengsi menjadi guru juga berubah sebagai ikutannya.
Pandangan sebelah mata kepada guru seperti masa lalu sudah hilang. Apalagi menutup mata, sudah tak ada. Status guru benar-benar berubah dengan kebijakan pemberian tunjangan sertifikasi tersebut. Guru-guru juga tidak lagi merasa minder memikul statusnya sebagai guru. Dulu anekdotnya ‘umar bakri’ kini ‘aburizal bakri’.
Konsekuensi pemberian penghasilan lebih itu otomatis diikuti oleh tuntutan tanggung jawab dan pekerjaan yang lebih besar pula. Di sekolah guru dibebani berbagai tuntutan sesuai kewajiban dan perannya sebagai guru. Dari kompetensi akademis hingga kompetensi sosial tidak lagi dapat diabaikan. Sementara di tengah masyarakat dan di rumah sendiri juga ada peran dan tanggung jawab yang melekat.
Ada belasan tugas dan tanggung jawab guru di sekolah. Beberapa tugas yang tak bisa tidak itu antara lain misalnya, 1) Guru harus melaksanakan pembelajaran dan menyuruh peserta didiknya untuk belajar; 2) Guru harus membimbing dan membina anak-didik serta membina sekolah sekaligus; 3) Guru harus mendiagnosa sekaligus memberi solusi kesulitan-kesulitan peserta didik; 4) Guru harus pula membuat dan menyelenggarakan penelitian serta pengembangan dirinya.
Fungsi dan tanggung jawab itu masih bisa dan dapat terus dikembangkan sesuai tuntutan dan perkembangan yang ada. Pastinya tugas berat guru itu adalah konsekuensi logis dari fungsi dan tanggung jawabnya sebagai pengajar dan pendidik yang hak-hak finansialnya juga menjadi keharusan. Alasan mencari penghasilan tambahan di luar dinas juga tidak bisa ditoleransi lagi.
Terlepas dari begitu besarnya harapan kepada guru di satu sisi dan begitu beratnya pula beban dan tanggung jawab guru di sisi lain, guru tetaplah manusia biasa. Guru adalah masyarakat biasa dengan kemungkinan predikat isteri atau suami di rumah. Mungkin juga menjadi emak atau ayah dari anak-anak tersayang atau menjadi abang dan kakak dari beberap adiknya. Bisa pula menjadi Ketua RT (Rukun Tetangga) atau Ketua RW (Rukun Warga) di sekitar rumah tempat tinggal. Bukankah guru juga wajib memiliki kompetensi sosial?
Mengatur dua atau lebih peran itulah tidak jarang guru bisa keliru. Fungsi dan tanggung jawab guru sekaligus sebagai manusia biasa dengan segala predikat tadi jika diperlukan dalam satu kesempatan yang sama, salah satu terkadang mesti dikorbankan. Seorang Ibu Guru yang seharusnya melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah tapi dalam waktu yang sama harus pula mengurus anak kecilnya yang kebetulan sakit di rumah, itu tidaklah mudah. Integritas diri akan menjadi barometer dan taruhannya.
Mengabaikan salah satu peran juga tidak mudah dan mungkin tidak bisa. Di sinilah sesungguhnya ujian berat seorang guru. Menyukseskan penyelenggaraan pembelajaran dan tugas-tugas pendidikan di sekolah di satu sisi, sementara di sisi lain pun harus melaksanakan peran lain yang melekat pada dirinya. Jika guru secara keliru mementingkan salah satu dan mengabaikan yang lainnya maka akan terjadi perang dan kesulitan berkepanjangan pada diri guru itu sendiri.
Untuk ini diperlukan kematangan berpikir dan keahlian bertindak dalam mengatur kedua-duanya. Guru tidak bisa meninggalkan tugas dan tanggung jawab keguruannya di sekolah dengan alasan ada pekerjaan Rumah Tangga (RT) dan begitu pula sebaliknya. Tapi guru yang baik mestinya mampu melewati kesulitan seperti itu. Tugas RT memang salah satu ujian guru dalam usaha menyukseskan fungsi dan tanggung jawabnya sedbagai guru. Semoga!***

Agar Apresiasi TIK Peserta Didik Naik

Agar Apresiasi TIK Peserta Didik Naik

M. Rasyid Nur
OPINI | 04 June 2012 | 05:41 Dibaca: 45   Komentar: 2   Nihil
SAYA masuk kelas menggantikan salah seorang guru yang kebetulan beralangan hadir, pagi (Jumat, 01/06) lalu itu. Guru tersebut ada urusan keluarga, menurut piket hari itu. Guru TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) ini memang sudah beberapa hari tidak datang ke sekolah.
Sebagai yang diberi tanggung jawab, saya masuk mengisi waktu kosong yang ditinggalkan. Biar pun saya bukan guru TIK (pelajaran seharusnya pagi itu) tapi saya tetap membicarakan TIK. Saya memang berusaha menyukai TIK selama ini. Sedikit banyak saya memahami juga betapa pentingnya TIK tidak hanya di kalangan pelajar tapi juga di masyarakat secara umum.
Dengan penguasaan TIK diharapkan secara otomatis bisa menguasai informasi melalui teknologi ini. Perbincangan saya bersama para siswa pagi itu sengaja berfokus pada TIK. Mereka, meskipun tak seantusias yang saya harapkan, namun mereka cukup responsip perihal urgensi TIK dalam kehidupan sehari-hari. Saya terus mencoba menggali pemahaman mereka. Sayangnya memang tidak di ruang labor komputer kami berbincang.
Yang ingin saya ketahui dari mereka di awal bicara tentu saja wawasan dan pengetahuan mereka mengenai TIK. Sebagai guru tentu saya sangat berharap mereka menguasai dengan baik materi teori dan praktik mata pelajaran ini. Saya berpikir mereka pasti lebih menguasai materi TIK dari pada saya. Saat ini mereka sudah duduk di kelas XI semester kedua. Artinya sudah empat semester mereka mempelajari Mata Pelajaran (MP) TIK selama di SLTA. Dan jika dihitung masa mereka belajar MP TIK di SLTP, wah sudah sangat lama maereka belajar. Rasa saya mereka lebih lama belajarnya dari pada saya. Saya ingat, dari SD hingga SLTA bahkan hingga di bangku kuliah (1983), saya belum merasakan belajar komputer.
Setelah menjadi guru dan dunia komputer begitu berkembang, barulah saya sedikit melek teknologi ini. Sebagai guru (guru MP TIK atau bukan) sejatinya memang mengerti kalau dewasa ini tidak mungkin lagi manusia melepaskan diri dari teknologi informasi. Pentingnya penguasaan teknologi informasi, sampai ada yang mengatakan bahwa jika ingin menguasai dunia maka kuasailah informasi, itu memang demikianlah adanya. Berarti tidak mungkin melepaskan diri dari teknologi ini.
Saya ingat tujuah tahun lalu, Prof. Paulina Pannen, dalam suatu kesempatan mengingatkan pentingnya memahami teknoligi komunikasi khususnya di kalangan pendidik dan pendidikan. Katanya, “Kita jangan hanya melek teknologi tapi wajib mampu memanfaatkannya dari berbagai aspek.” Pemanfaatan yang komprehensip itulah yang akan membuat orang merasakan betapa teknologi ini membawa kemudahan dalam kehidupan.
Bahwa TIK sudah begitu pentingnya dalam hidup dan kehidupan manusia memang tak dapat dibantah. Dari pagi ke pagi lagi, dari rumah ke sekolah atau kemana saja, dari tepi pantai hingga ke tengah laut dan dari pijakan tanah di bumi hingga mau terbang ke angkasa, semuanya bersinggungan dengan teknologi ini.
Teknolo informasi telah begitu fital perannya. Lihatlah bagaimana lancarnya urusan di perkantoran (mesin penjawab telpon otomatis, dll), di perbankan (kemudahan transaksi dan komunikasi otomatis antar bank dan nasabah), di penerbangan (pengaturan jadwal dan perubahan jadwal penerbangan otomatis), di perdagangan (jaringan otomatis yang menghubungkan antar orang yang terlibat) dan banyak lagi tentu.
Maka ketika saya tahu anak-anak didik saya yang di depan saya pagi itu begitu rendahnya pengetahuan dan pemahaman serta wawasan mereka tentang komputer dan TIK, betapa sedihnya hati saya. Saya bertanya di hati, bagaimana sesungguhnya pembelajaran TIK yang mereka lalui selama empat-lima tahun itu?
Dari pengalaman itu saya berpikir, kewajiban meningkatkan apresiasi (kalau bisa pengetahuan: teori dan praktek sekaligus) itu tidak hanya menjadi mkewajaiban guru MP TIK saja. Sudah seharusnya semua guru memberikan pemahaman yang benar tentang pentingnya teknologi informasi dewasa ini.
Konsekuensi sikap ini tentu saja kewajiban pertama untuk memahami dan menguasai teknologi informasi adalah pada guru itu sendiri. Artinya semua guru sudah seharusnya menguasai terlebih dahulu teknologi informasi untuk selanjutnya mengajak dan berusaha pula meningkatkan kemampuan dan wawasan peserta didik di bidang ini. Guru adalah teladan utama bagi setiap peserta didik. ***

Inilah 10 Mobil yang Menggunakan Bahan Bakar Air


Inilah 10 Mobil yang Menggunakan Bahan Bakar Air

RABU, 20 JUNI 2012 23:00 WIB
 

RT20, mobil keren dengan bahan bakar air.
LENSAINDONESIA.COM: Mungkin anda tak akan percaya dengan kehebatan dan kecanggihan mobil-mobil ini. Percayakah anda jika ada mobil yang hanya menggunakan bahan bakar air? Inilah 10 mobil yang menggunakan bahan bakar air.
1. Aston Martin DBGT 2025
Mobil ini mampu melaju dengan bahan bakar yang berasal dari air setelah melalui proses elektrolisis, yang mengarah ke nol emisi. Aston Martin DBGT 2025 adalah salah satu desain mobil terbaik masa depan. Aston Martin tampak berkelas dan sangat menarik.
2. Honda FC Sport
Perusahaan telah merilis FC Sport, yang merupakan design mobil sport berbahan bakar sel hidrogen yang pernah ditampilkan pada event di LA Auto Show. sahabat anehdidunia, FC Sport didasarkan pada V-Flow Stack dari konsep FCX Clarity. Mobil ini menggabungkan high-power fuel cell stack, yang terletak di antara tempat duduk belakang, dan baterai cadangan diletakkan di tengah mobil.
3. BMW HR2 Hybrid Car
BMW juga mengembangkan mobil bahan bakar sel, dengan menggunakan teknologi mobil hibrida. BMW menjanjikan untuk meluncurkan versi dual-mode Seri 7 saat ini selama siklus produksi model ini, dengan demikian mobil pertama dari jenisnya dapat melaju dengan bahan bakar hidrogen dan bensin.
4. Jaguar C-XC
Jaguar C-XC hadir dengan sel drive berbahan bakar hidrogen yang terpasang di bawah permukaan salah satu kacanya, yang meliputi seluruh panjang mobil, ditambah dengan estetika Aerodynamic.
Roda mobil juga ditutup untuk lebih meningkatkan sifat Aerodynamic. Selain didukung oleh mesin nol-emisi, bahan yang digunakan untuk membangun tubuh mobil memiliki dampak lingkungan yang minimal. Mobil dirancang bangun dari kulit sayuran dan daur ulang botol PET.
5. General Motors’ HydroGen4
HydroGen4 menggunakan 440 sel hidrogen tunggal yang menggabungkan hidrogen dari serat dengan tangki penyimpanan karbon dan oksigen dari udara untuk menghasilkan listrik, yang kemudian mendorong mobil menghasilkan kecepatan maksimum 100 mph.
Mobil ini dari saat berhenti hingga melesat dengan kecepatan 62 mph hanya membutuhkan waktu 12 detik.
6. RT20
RT20 juga didukung oleh hidrogen cair. Dengan mesin V6 twin-turbo berbahan bakar hidrogen ini sangat menjanjikan kenyamanan dalam berkendara serta dilengkapi fitur-fitur keamanan yang lengkap.
Suspensi pegas yang biasanya berbasis konvensional diganti dengan elektromagnet untuk respon yang lebih baik.
7. H2 Racer
Mobil dengan Zero-Emisi telah dirancang untuk pembalap tercepat di dunia yang berbahan bakar hidrogen pada tahun 2009.
Selain bertujuan untuk memecahkan rekor, mobil ini juga telah dirancang untuk menunjukkan kekuatan bahan bakar bersih seperti hidrogen ke seluruh dunia.
Mobil ini didukung oleh mesin dengan pembakaran internal yang telah dimodifikasi untuk melaju dengan hidrogen. Dengan mesin yang ecofriendly, mobil ini diperkirakan mampu mencapai kecepatan lebih dari 170km / jam.
8. Mazda TONBO
Dirancang oleh Dedek Design dan Mazda Eropa, mobil dengan sel bahan bakar hidrogen ini dipastikan mengeluarkan air murni dari knalpotnya.
Sama halnya dengan Rinspeed Scuba, mobil ini juga dirancang dapat dikemudikan di air. Fitur lain yang inovatif dari mobil ini adalah penggunaan sistem parkir anti-perusak.
9. Ronn Motors Scorpion Roadster
Roadster yang didukung mesin bertenaga hidrogen / bensin yang tidak hanya memastikan emisi rendah, tetapi juga menjanjikan sensasi yang dikenal untuk sebuah supercar. Scorpion dilengkapi dengan body dengan tampilan berkelas dan futuristik.
10. Honda PUYO
Honda PUYO diaktifkan oleh sel bahan bakar hidrogen. Sebuah karya yang inovatif, dengan berbentuk kotak halus yang lembut dan memberikan ruang maksimum. Body yang seluruhnya hampir transparan menjadikannya berpenampilan paling unik.

Antisipasi Tawuran, Polsek Tebet Gelar Operasi Sendok Jaya 2012


Petasan Salah Satu Pemicu Tawuran

Antisipasi Tawuran, Polsek Tebet Gelar Operasi Sendok Jaya 2012

RABU, 25 JULI 2012 22:21 WIB
 
LENSAINDONESIA.COM: Maraknya tawuran di bulan Ramadhan salah satu pemicunya adalah petasan, untuk itu Polsek Tebet melakukan antisipasi dengan mengadakan “Operasi Sendok Jaya 2012″, Selasa (24/7/12) pukul 21.30 wib sampai dengan 00.30 wib dengan sasaran senjata api, bahan peledak dan petasan.
Patroli terpadu dan operasi petasan ini rencananya akan dilaksanakan setiap hari setelah selesai sholat tarawih untuk mencegah terjadinya tawuran yang sering terjadi akhir-akhir ini.
“Kita berhasil menyita petasan baik ukuran kecil maupun besar 500 buah dari 2 tempat di Menteng Dalam (RW 011 dan RW 010 Kel Menteng Dalam),” ujar Kanit Intelkam, AKP Febriman Sarlase.
Untuk mengantisipasi masuknya petasan lewat kereta api, terang Kasi Humas Polsek Tebet, juga menempatkan petugas pakaian preman yang ditempatkan di Stasiun Cawang. “Staisun Tebet dan Stasiun Manggarai tak luput pula dari pengawasan kami dengan koordinasi Polsus PJKA,” ujar Aiptu Broto Suwarno Kasi Humas Polsek Tebet.
Dengan antisipasi dan pengamanan yang dilakukan pihak kepolisian, diharapkan jumlah tawuran yang sering terjadi di Kecamatan Tebet berkurang. Sehingga, warga masyarakat dapat menjalankan ibadah puasa dan sholat tarawih secara khusuk.@hermawan

Editor: Achmad Ali
Rubrik : headline jakarta , jakarta , jakarta utara

Jalan Pantura Terpadat Sedunia


Jalan Pantura Terpadat Sedunia

"Jika dibandingkan dengan Tiongkok, jalur Pantura masih lebih berat bebannya. Setiap hari paling tidak ada 40 ribu kendaraan berbagai jenis yang melalui Pantura, artinya mungkin ini merupakan jalur terpadat di dunia," ujar Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto dalam keterangan tertulisnya kemarin.

Disamping jumlah kendaraan yang luar biasa banyaknya, jalur Pantura juga harus menanggung beban yang luar biasa pula. Sehingga jika diteliti lebih lanjut, tingkat keawetan jalan Pantura dan jalan di Indonesia sangat bergantung pada jumlah kendaraan dan beban yang melewat. "Kedua faktor tersebut yang membuat ruas jalan dan jembatan rusak sebelum waktunya," tandasnya.

Djoko beralih perbaikan jalan di Indonesia yang sedang dikebut saat ini dilakukan bukan karena menjelang lebaran. Menurutnya jalan dan jembatan itu mempunyai umur yang bias menurunkan kualitas dan kondisinya. Oleh karena itu jika waktunya tiba perlu diperbaiki,"Ini sama seperti manusia, kalau sudah umurnya harus diganti atau diperbaiki," tukasnya.

Meski saat ini perbaikan jalur Pantura belum sepenuhnya selesai, namun dia meyakini kalau pada saat mudik dan balik lebaran nanti jalur tersebut sudah bisa difungsikan atau dilalui kendaraan. Apalagi semua pekerjaan akan dihentikan sementara ketika mendekati lebaran dan dilanjutkan setelah usai lebaran,"Jadi tidak menganggu arus mudik dan balik," tegasnya.

Jika saat ini masih terlihat beberapa jalan dan jembatan yang diperbaiki hal itu lumrah saja dilakukan jika memang sudah waktunya. Djoko mengaku bahwa jangka waktu perbaikan dan penggantian suatu jalan atau jembatan dilakukan berdasarkan uji kelaikan serta umur penggunaannya,"Kalau jalan didesain maksimal 10 tahun, sedangkan jembatan antara 30-59 tahun," ungkapnya.

Menteri Perhubungan EE Mangindaan menegaskan bahwa pemerintah menargetkan seluruh infrastruktur jalan di sepanjang jalur Pantura akan siap menampung pemudik lebaran mulai 7 Agustus nanti. Menurutnys perbaikan jalan sudah dilakukan sejak dua bulan lalu. "Pengecekan akan dilakukan kembali pada 8 Agustus mendatang untuk mengetahui finalisasi kesiapan angkutan lebaran," sebutnya.

Beberapa proyek infrastruktur yang saat ini masih dalam proses perbaikan antara lain jembatan Kanci 1B, jembatan Ender, dan jembatan Kabuyutan di sepanjang Cirebon-Brebes. Selain itu yang saat ini tengah dikerjakan adalah jalan tanjakan di Ciregol, Tonjong, Brebes, dimana dilakukan penurunan tanjakan dari 12 derajat menjadi 8 derajat untuk memberi kenyamanan pengendara saat melalui jalur tersebut.

Mangindaan menegaskan bahwa perbaikan atau pekerjaan infrastruktur yang belum selesai akan dihentikan pada H-15, dan dilanjutkan kembali setelah lebaran. Fokus Kementerian Perhubungan saat ini adalah mengatasi ketersediaan moda transportasi dan mengantisipasi kemacetan yang terjadi," Kita sudah berkoordinasi dengan Pemda dan Kepolisian untuk mengatasai masalah kemaceten ini," jelasnya.(wir)
Sumber :Jawa Pos
Tags :Berita Daerah

Brebes Ekspor Ratusan Ton Bawang ke Thailand

24 Juli 2012 | 19:54 wib
Brebes Ekspor Ratusan Ton Bawang ke Thailand
 0
 
 8
BREBES, suaramerdeka.com - Ratusan ton bawang merah asal Brebes setiap bulan kini diekspor ke Thailand dan Malaysia. Ekspor itu dilakukan para pedagang menyusul produksi petani yang melimpah karena tengah panen raya.
Aktivitas pengepakan bawang merah untuk ekspor terlihat di beberapa gudang bawang di sepanjang jalur pantura Desa Klampok, Kecamatan Wanasari, Brebes. Sejumlah kontainer juga tengah mengantre untuk diisi bawang merah tersebut.
Bupati H Agung Widyantoro SH MSi, bersama rombongan melakukan pemantauan langsung ke gudang HRD Klampok Brebes. Bupati juga menyempatkan dialog dengan pedagang dan para buruh.
Beni Santoso, pedagang bawang merah mengatakan, ekspor bawang ke Thailand dan Malaysia itu sudah dilakukannya sejak tiga minggu terakhir. Satu minggu rata-rata tiga kali kirim sebanyak 12 kontainer atau 336 ton.
"Jadi selain impor, kami juga melakukan ekspor bawang. Kalau ditotal, ekspor bawang dari Brebes sebanyak 20-25 setiap minggunya. Selain dari Brebes, ekspor juga dari Cirebon dan Jawa Timur," ujar pemilik gudang bawang HRD Klampok, Kecamatan Brebes.
Dia menjelaskan, ekspor bawang itu biasanya dilakukan setiap bulan Juli hingga November, di mana produksi petani sedang melimpah. "Tahun ini ekspor yang kami lakukan terbilang lebih awal, karena biasanya kami baru kirim ke luar negeri sekitar bulan September," jelasnya.
Bupati Brebes H Agung Widyantoro SH MSi mengatakan, Pemkab Brebes memberikan apresiasi tinggi terhadap putra daerah yang mampu meningkatkan produksi. Pihaknya juga mendorong agar para pedagang lainnya juga ikut mengekspor bawang. "Ekspor ini kami harapkan sebagai titik awal bangkitnya bawang merah Brebes," tandasnya.
( Bayu Setiawan / CN33 / JBSM )

H-7 Pemudik Bisa Melintas di Jalur Alternatif Brebes

H-7 Pemudik Bisa Melintas di Jalur Alternatif Brebes

Senin, 25 Juli 2011, 20:54 WIB
REPUBLIKA.CO.ID,BREBES--Sejumlah ruas jalan alternatif di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, hingga kini masih dalam perbaikan, yang diperkirakan selesai sekitar pertengahan Agustus 2011 dan siap dilalui pemudik pada H-7 Lebaran 2011, kata pejabat berwenang.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Brebes Satibi, di Brebes, Senin mengatakan, proyek perbaikan enam ruas jalan alternatif di wilayah Brebes kini dalam proses lapis pondasi atas (LPA) dan siap digunakan pada H-7 jelang lebaran.

"Enam jalur alternatif Brebes, yakni jalur Losari, Bojongsari, Tanjungsana, Klampok, Sitanggal, dan Bulakamba kerusakan rata-rata mencapai 40-60 persen, sehingga perbaikan baru selesai dan dapat digunakan pada H-7 lebaran," katanya.
Ia mengatakan, kerusakan masing-masing jalur tersebut mencapai 10 - 12 kilometer dengan lebar jalan sekitar 4-5 meter, sehingga kondisi jalan tersebut membahayakan para pengguna jalan, terutama saat permukaan aspal yang berlubang tergenang air hujan.

"Selain berlubang, permukaan aspal jalan alternatif tersebut juga mengelupas dan bergelombang, sehingga jika tidak diperbaiki akan membahayakan para pengguna jalan, terutama para pemudik yang melintas di enam jalur alternatif itu," katanya.

Sementara itu, terkait adanya proyek perbaikan tiga jembatan di jalur Pantura Brebes, Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi (Dishubkoinfo) Kabupaten Brebes, menutup tujuh ruas jalan kabupaten yang digunakan sebagai jalur alternatif pemudik di wilayah Brebes.

"Sejumlah ruas jalan alternatif ditutup sementara untuk truk barang maupun kendaraan berat lain hingga njelang Lebaran 2011, bertujuan untuk menjaga kondisi jalan agar tidak rusak dilewati angkutan berat yang sering melintas di jalan tersebut," kata Kepala Dishubkoinfo Kabupaten Brebes, Suprapto.

Ia mengatakan, sejak dua pekan lalu Dinas Perhubungan Brebes memasang rambu bertuliskan larangan khusus truk masuk ke jalan alternatif antara lain Jalan Hasanudin, Wahid Hasyim, dan Veteran.

Menurut dia, sejak adanya perbaikan Jembatan Pemali di jalur Pantura Brebes banyak kendaraan berat dari arah timur atau Semarang, melintas di jalur alternatif untuk menghindari kemacetan di jalur pantura, sehingga dikhawatirkan kondisi jalan yang biasa digunakan sebagai jalan alternatif pemudik akan rusak akibat sering dilewati kendaraan berat.

"Tujuh jalur alternatif tersebut akan kembali dibuka setelah perbaikan Jembatan Pemali, Pakijangan, dan Balaikambang selesai, yakni sekitar H-10 lebaran," katanya.

Menurut dia, hingga saat ini tingkat kerusakan di tujuh ruas jalan alternatif tersebut belum terlalu parah dan masih layak untuk dilalui kendaraan, namun untuk mengantisipasi kerusakan parah sehingga mengganggu perjalanan pemudik menjelang Lebaran 2011 maka harus menerapkan aturan tersebut.
Redaktur: taufik rachman
Sumber: antara

Minggu, 22 Juli 2012

budaya indonesia yang terlupakan


budaya indonesia yang terlupakan

OPINI | 05 February 2012 | 21:23Dibaca: 880   Komentar: 0   Nihil
Banyak sekali kebudayaan yang sangat unik dan menarik dari Indonesia. Sebagai negara kepulauan dengan banyak provinsi dari Sabang hingga Merauke, Negara tercinta Indonesia patut bangga dengan keanekaragaman seni dan budaya yang tersebar di setiap daerah dan provinsi. Tapi anehnya, sebagai anak bangsa kadang kita tidak mengetahui dan kadang melupakan kebudayaan sendiri, sementara orang luar negeri malah tertarik dengan kebudayaan Indonesia yang unik, menarik dan khas. Bahkan sebagian budaya Negara  tercinta kita diklaim oleh negara lain mulai dari reog ponorogo, dari batik, rendang, hingga lagu rasa sayange. Sebenarnya jika kita lebih bisa mencintai dan mengenal Indonesia lebih dekat lagi maka tidak akan terjadi hal seperti ini dan Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dan keanekaragaman flora dan fauna serta hasil tambang dan hasil alam yang berlimpah dan ada yang menyebut negara Indonesia sebagai pulau Atlantis.
Harusnya generasi muda yang meneruskan budaya yang sudah mulai terlupakan Namun para pemuda cenderung mencintai budaya negeri lain yang tak selalu membawa dampak positif bagi kita. Free sex, dugem, merupakan kegiatan yang paling disenangi pemuda kita saat ini. Film tentang cinta menjadi tontonan wajib bagi pemuda bangsa kita.
Sayangnya ketika ada segelintir pemuda yang mencoba mempelajari budaya kita sendiri, teman temannya malah menjerumuskan mereka pada hal yang buruk. Banyak alasan untuk membuat mereka berhenti mencintai negara kita sendiri. Mulai dari gak gaul sampai ndeso en katrok banget jadi alasan yang dipakai mereka.
Sekarang kita cari tahu yuk daftar kebudayaan Indonesia yang unik. Berikut ini sebagian seni dan budaya di Indonesia yang termasuk unik, dan bisa menambah wawasan dan pengetahuan kita untuk lebih mengenal kebudayaan sendiri.
-Upacara Tabuik Sumatera Barat
Upacara tabuik Sumatra barat termasuk satu dari sekian banyak keunikan kebudayaan yang ada di Indonesia. Kata ‘tabut’ sendiri asalnya dari bahasa Arab artinya adalah mengarak, upacara Tabuik ini merupakan salah satu tradisi bagi masyarakat yang ada di pantai barat, provinsi Sumatera Barat. Upacara Tabuik sudah diselenggarakan secara turun menurun. Upacara Tabuik ini sering diadakan pada hari Asura yang jatuh pada setiap tanggal 10 Muharram, bulan penanggalan Islam.
Upacara Tabuik ini merupakan simbol dan sebagai bentuk ekspresi warga sebagai rasa duka yang sangat dalam dan juga rasa hormat dari umat Islam yang ada di Pariaman kepada cucu Nabi Muhammad SAW. Setiap penyelenggaraan upacara Tabuik sangat meriah sehingga Pemda setempat pun memasukkan upacara menarik Tabuik ini ke dalam agenda wisata di Sumatera Barat dan diselenggarakan setiap tahun.
-Makepung, Balap Kerbau Masyarakat Bali.
Umumnya masyarakat Indonesia lebih mengenal karapan sapi yang berasal dari Madura. Sedangkan di Bali ada juga upacara Makepung. Kalau di Madura menggunakan hewan sapi, sedangkan Makepung menggunakan kerbau. Tradisi Makepung ini awalnya merupakan permainan bagi para petani yang dikerjakan di sela-sela kegiatan membajak sawah di musim panen. Waktu itu para petani ini saling beradu cepat dengan memacu kerbau yang sudah dikaitkan pada sebuah gerobak dan dikendalikan oleh seorang joki.
Karena kegiatan ini sangat menarik dan di sukai banyak warga, kini upacara Makepung sudah menjadi satu bagian budaya Bali yang sangat unik dan banyak menarik minat wisatawan asing. Dan sekarang ini lomba pacu kerbau inipun telah menjadi agenda tahunan wisata di daerah Bali dan sudah dikelola secara profesional.
-Atraksi Debus Banten
Kalu atraksi debus yang berasal dari Banten ini, pastinya juga sudah di kenal luas, karena memang debus manjadi salah satu seni dan budaya dari Banten yang sangat khas dan menarik dan tentu saja unik sekali. Atraksi debus merupakan atraksi yang sangat berbahaya sekali, dan konon kesenian debus ini berasal dari daerah al Madad. Perkembangan selanjutnya seni bela diri debus ini makin tumbuh besar disemua kalangan masyarakat yang ada di Banten dan menjadi seni hiburan untuk masyarakat setempat.
-Karapan sapi Masyarakat Madura Jawa Timur
Karapan sapi Madura merupakan perlombaan pacuan sapi dari Madura, Jawa Timur. Karapan sapi menjadi salah satu kebudayaan indonesia yang unik dan berasa dari madura. Setiap kali karapan sapi di adakan para penonton tidak cuma disuguhi atraksi adu cepat sapi serta kelihaian para joki yang mengendalikannya, tetapi sebelum di lansungkan karapan sapi, para pemilik biasanya akan melakukan ritual berupa arak-arakan sapi disekelilingi pacuan dan disertai dengan alat musik seronen yaitu perpaduan alat musik khas Madura.
Untuk jarak rute yang di pakai untuk lintasan karapan sapi panjangnya antara 180 meter hingga 200 meter, dan untuk jarak tersebut dapat ditempuh dalam waktu 14 detik sd 18 detik. Agar sapi bisa melaju kencang pada pangkal ekor sapi dipasangi sabuk penuh dengan paku yang sangat tajam. Joki akan melecutkan cambuknya yang sudah diberi dengan duri tajam kearah bokong sapi. Cara ini memang tergolong kejam, tapi akan membuat sapi berlari dengan lebih kencang. Akibatnya tentu akan menimbulkan luka disekitar pantat sapi.
-Upacara Kasada Bromo
Bromo menyimpan banyak keindahan, di sini juga ada kebudayaan unik berupa upacara Kasada Bromo. Upacara ini dilakukan oleh warga masyarakat Tengger yang tinggal di Gunung Bromo Jawa Timur. Masyarakt setempat melakukan ritual Kasada Bromo ini untuk mengangkat seorang Tabib atau dalam bahasa setempat di sebut dukun.
Sebelum pelaksanaan upacara Kasada Bromo ini dimulai, mereka mempersiapkan aneka sesaji dan nantinya akan dilempar ke dalam Kawah Gunung Bromo. Pada waktu malam yang ke 14 di bulan Kasada, warga masyarakat yang ada di Tengger akan berbondong bondong dan membawa ongkek yang isinya adalah sesaji hasil dari pertanian dan ternak. Kemudian mereka akan membawanya sesaji tersebut ke Pura. Sementara menunggu kedatangan Dukun sepuh yang dihormati, mereka menghafal dan melafalkan mantera-mantra, dan pada waktu tepat tengah malam diadakanlah upacara pelantikan dukun dan pemberkatan umat dipoten lautan pasir gunung bromo.
Sebenarnya masih banyak budaya di Indonesia dan sebagai warga negara Indonesia kita harus menjaga Kebudayaan indonesia, budaya indonesia yang unik, kebudayaan unik khas indonesia, kebudayaan yang menarik di indonesia, budaya indonesia yang menarik dan khas.
Sayangnya ketika ada segelintir pemuda yang mencoba mempelajari budaya kita sendiri, teman temannya malah menjerumuskan mereka pada hal yang buruk. Banyak alasan untuk membuat mereka berhenti mencintai negara kita sendiri. Mulai dari gak gaul sampai ndeso dan katrok banget jadi alasan yang dipakai mereka. Namun saat ini mereka tidak sadar apa yag mereka perebutkan, kita ini sebenarnya masih punya itu semua, hanya saja tak dimanfaatkan dengan baik, dan ketika dimanfaatkan dengan baik oleh orang lain kita tidak terima.
Cintailah negeri kita, kelak Indonesia akan berubah menuju Negara yang lebih baik jika kita semua warga Negara Indonesia mencintai Negara  Indonesia tercinta kita.
Muhamad Nu’man Afandy
XII MIP