Kamis, 19 Juli 2012

Rotan dalam Peradaban Manusia


> Rotan dalam Peradaban Manusia
Rabu, 18 Juli 2012

Oleh Yuli Yanti
Foto: Dokumentasi M. Nasai

Menjalar, berduri dan lentur. Begitulah karakter rotan, tanaman khas hutan tropis Kalimantan itu sungguh unik. Sifat lenturnya, menjadikan rotan sebagai komoditi yang bernilai ekonomi tinggi.  Sejak zaman dulu,  rotan digunakan sebagai alat seserahan para raja sebagai tanda hubungan antar kerajaan. Suku Dayak telah berabad lalu menggunakan rotan sebagai kebutuhan hidupnya, seperti membuat rumah dan perkakas rumah tangga.
Seniman asal Kalimantan, PH. Andreromes merespon rotan sebagai subyek karya seni. Tidak sekedar merespon rotan sebagai kerajinan. Andre justru menampilkan rotan sebagai simbol sosial hubungan alam dan budaya lokal Kalimantan. Lewat “Kelenturan Dalam Rotan” Andre menampilkan 13 karya dalam bentuk lukisan kanvas, rotan, instalasi dan video art berdurasi dua menit. karya-karya tersebut dipamerkan sebagai syarat tugas akhir Program Pasca Sarjana-nya di ISI Yogyakarta
Karya-karya Andre sarat makna, menyoal pesan sosial bagi masyarakat yang abai hubungan alam, manusia dan budaya. “Kita lihat betapa rusaknya hutan Kalimantan  yang disebabkan oleh pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit dan pencurian kayu. Tanaman rotan termasuk spesiesnya akan hilang beririgan dengan hilangnya hutan, ”keluh Andre.
Akibat minusnya lahan untuk rotan, kebudayaan lokal pun ikut tergerus. Budaya dari bahan rotan seperti anyam-anyaman dan kreasi rotan  lainnya terancam hilang--  seiring musnahnya tanaman rotan.  Kisah pilu rotan itulah yang berdampak pada rusaknya hubungan alam dan manusia, sebagai kreator kebudayaan.
Karyanya “Time is Over” menampilkan kolase jam dinding pada kanvas. Sebagai  simbol gugatan alam, sekaligus teguran bahwa waktu telah musnah dan alam tersakiti oleh ulah manusia. Sedangkan karya lain “Culture for Sale” dan “Renungan Alam” berupa instalasi bangku-bangku anyaman  rotan yang disanggah. Andre ingin menyentil manusia-- agar mempertahankan kebudayaan yang dimiliki.  Bukan menjual bahan baku, lantas menyeret seluruh isi hutan Indonesia untuk dikuasai pihak asing.
“Saya melihat rotan sebagai bentuk kelenturan, memiliki kedinamisan dan ketahanan alamiah. Namun tidak menghilangkan prinsipnya. Yakni kekuatan sebagai indikasi ketegasan. Secara terang, Andre telah menyindir bahwa kealpaan  manusia menyia-nyiakan alam semakin jelas dan menjadi-jadi, ”ungkap Dio Pamula, dalam memberi pengantar pameran. Karya-karya Andre dapat disaksikan di Tujuh Bintang Art Space, Yogyakarta, dan berlangsung hingga 23 Juli 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar