Minggu, 18 November 2012

Film Romi dan Yuli dari Cikeusik


Film Romi dan Yuli dari Cikeusik

Tribunnews.com - Selasa, 23 Oktober 2012 02:26 WIB
Share this
Share
 Text  +  
Film Romi dan Yuli dari Cikeusik
NET
TRIBUNNEWS.COM--Romi dan Yuli dari Cikesik adalah drama tragedi percintaan yang mengharu-biru, perbedaan aliran keagamaan, Romi (Rokhmat) anak dari pengikut Ahmadiyah, Cikuesik, Pandeglang harus menghadapi kenyataan pahit karena hubungan cintanya dengan Yuli (Juleha) gadis Betawi yang berayah pemimpin dari kelompok Islam garis keras.
“Romi dan Yuli dari Cikeusik” kisah cinta abad ke-21 yang diakhiri kematian, kita terhanyut dalam kenanganroman Romeo dan Juliet dari Shakespeare pada abad ke-16. Bedanya relasi cinta Romeo dan Juliet terhalang karena permusuhan dua keluarga, Romi dan Yuli karena perbedaan aliran agama. Kisah ini difilmkan dengan sutradara Hanung Bramantyo.
Cuplikan video penyerangan yang asli terhadap pengikut Ahmadiyah di Cikuesik bergantian dalam film ini dengan isak tangis Yuli (diperankan Zaskia Adya Mecca) yang perasaannya terkoyak karena mengetahui kekasih hatinya Rokhmat (diperankan Ben Kasyafani).
Melalui Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2012, Kerja Bareng Kelompok Civil Society dengan dukungan penuh Yayasan Denny JA ingin meneguhkan momen ini sebagai “Hari Indonesia Tanpa Diskriminasi”.
Dimulai pemutaran film “Romi dan Yuli dari Cikeusik” Senin 22 Oktober 2012 pukul 10.00 yang dilanjutkan diskusi bersama pakar hukum senior Adnan Buyung Nasution dan Siti Musdah Mulia Ketua Umum ICRP (Indonesian Conference on Religion and Peace).
Adnan Buyungakan mengulas Konstitusi, peraturan dan perundang-undangan di Indonesia yang terkait jaminan kebebasan beragama dan anti-diskriminasi. Namun dalam realitasnya ditemukan kontradisi antara Konstitusi yang menjamin kebebasan dengan undang-undang turunannya yang mengekang bahkan menganggap perbedaan sebagai penodaan dan kriminal. Misalnya PNPS No 1 tahun 1965 yang mencantumkan "agama resmi" dan pasal anti penodaan agama.
Musdah Mulia akan berbicara nasib minoritas agama dan kepercayaan saat ini yang dirampas hak-hak sipil, politik dan ekonominya, ulasan juga diperkaya dengan perspektif dialog antar agama bahwa perbedaan agama bukanlah ancaman apalagi penodaan tapi kekayaan dan potensi untuk saling bekerjasama.
Tujuan utama dari kegiatan ini adalah Indonesia tanpa diskriminasi, yang dimulai dengan perubahan cara pandang dan sikap publik terhadap keragaman. Perubahan melalui kampanye-kampanye simpatik dengan menggunakan sastra dan seni sebagai energi utamanya yang disalurkan melalui bentuk-bentukkampanye: puisi esai, video opini, lomba esai di media-mediasosial (twitter @DennyJA_World dan youtube) hingga aksi damai dan senam.
Pengaruh publik inilah yang diharapkan mampu mengubah kebijakan dan menekan Pemerintah agar menegakkan Konstitusi tanpa terjebak kalkulasi politis, melindungi dan memenuhi hak-hak kelompok minoritas sebagai warga negara Indonesia.

Editor: Rachmat Hidayat  |  Sumber: Tribun Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar